Pada tahun 1968, komplotan perampok berhasil mencuri sebuah bank di Jepang dan sampai dengan saat ini kejadian tersebut masih menjadi misteri perampokan Bank terbesar di Jepang yang belum tuntas dan terpecahkan.
Para perampok berhasil mencuri uang sebesar 300 juta yen atau kalau dirupiahkan sebesar 43,11 Miliar. Angka tersebut sangat fantastik dan besar sekali apalagi kasus ini sampai dengan detik ini tidak diketahui siapa saja yang tergabung dan ikut andil dalam perampokan tersebut.
Perampokan Bank Terbesar di Jepang
Sebelum perampokan Bank tersebut, ada beberapa kejadian yang dialami pada saat sebelum, sedang dan sesudah pencurian yang paling besar itu terjadi. Hanya hal-hal tersebut yang dapat diketahui pemerintah Jepang dan mengenai siapa saja yang masuk ke dalam orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak ada informasi apapun.
Berikut fakta-fakta kejadian pada saat perampokan Bank terbesar di Jepang terjadi sebelum dan sesudahnya.
Adanya teror bom dari pihak para perampok
Misteri perampokan Bank terbesar di Jepang yang tak terpecahkan sampai dengan saat ini terjadi setelah mendapatkan ancaman teror bom. Ancaman tersebut menjadi keresahan bagi para seluruh karyawan yang berada di dalam gedung Bank tersebut.
Pihak Bank itu langsung melaporkan ancaman yang mereka terima kepada pihak polisi yang jelas akan menangani hal tersebut. Namun beberapa hari kemudian, ancaman tersebut tidak terbukti.
Para perampok melakukan aksinya
Setelah beberapa hari berselang, tepatnya bulan Desember tahun 1968. Bank di Jepang yang menjadi sasaran para perampok akan mengantarkan uang senilai 300 juta yen atau 43,11 milyar ke tempat tujuan mereka.
Karena ketatnya pengawasan yang pihak Bank sediakan terdapat empat pegawai Bank yang tugasnya untuk menjaga uang yang mereka bawa selamat sampai tujuan. Tetapi di tengah perjalanan mereka, tiba-tiba muncul dengan seketika seorang polisi yang merupakan polisi gadungan dengan mengendarai sepeda motor mendekati mobil yang mereka kendarai dan meminta empat pegawai tersebut keluar dari mobil lalu memberi tahu bahwa rumah dari salah seorang manajer mereka sudah meledak akibat bom.
Mereka berfikiran bahwa teror bom itu ternyata benar adanya. Karena diliputi oleh rasa khawatir dan ketakutan, polisi yang merupakan salah satu perampok tersebut mendapatkan kesempatan untuk mengelabui para pegawai dengan mengatakan bahwa mobil yang mereka tumpangi akan segera meledak karena terdapat bom di bawahnya.
Sontak para pengemudi beserta pegawainya langsung turun dari mobil dan berlari tanpa menghiraukan uang yang sedang mereka bawa dalam jumlah yang cukup besar. Karena mobil tersebut sudah kosong, maka perampok itu dengan mudahnya masuk ke dalam mobil dan membawa kabur uang yang ada di dalamnya.
Perampok tidak ditemukan sampai dengan sekarang
Para penduduk di Jepang, sangat percaya penuh terhadap polisi. Hal itu dimanfaatkan oleh perampok itu dengan mencat sepeda motor menyerupai polisi dan juga seragam yang digunakannya pun sama persis dengan seorang polisi.
Sampai dengan saat ini sudah 51 tahun berselang, kasus tersebut tetap menjadi Misteri Perampokan Bank Terbesar di Jepang. Sangat disesali bahwa sang perampok benar-benar seorang yang sangat ahli hingga sampai dengan sekarang jejaknya pun tidak diketahui keberadaannya.
Untuk menyelidiki kasus ini, pihak bank sudah mengeluarkan biaya yang lumayan banyak sekitar 12 juta dollar Amerika dan melibatkan ratusan detektif untuk mencari seorang perampok yang sudah sangat mahir tersebut. Bahkan ada beberapa detektif yang tewas pada saat menyelidiki kasus tersebut mungkin karena sudah hampir menemukan perampok bank itu.
45 tahun semenjak kasus ini terjadi, para detektif dan pihak berwajib berhenti melakukan pencarian perampok kasus tersebut. Karena tidak adanya petunjuk apapun dan mereka sudah begitu lelahnya menangani kasus ini. Seakan tidak ada titik temu dari Misteri Perampokan Bank Terbesar di Jepang ini. Sangat diyakinkan bahwa sang perampok saat ini tersenyum lebar sambil menikmati uang yang begitu banyaknya tanpa harus khawatir akan ditemukannya identitas asli dari dirinya itu.